DOKTER FADHIL, KISAH INSPIRATIF PETUGAS HAJI 2025

Ramah, kesan pertama penulis bertemu dengan salah satu Panitia Penyelenggaran Ibadah Haji (PPIH) 2025 kloter 6 PLM ini. Kala itu, penulis duduk bersama beberapa jamaah di dekat salah satu tiang penyangga utama masjid Abdurrahman Pemda Bangka Selatan. Kami sedang menunggu acara manasik haji yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama Kabupaten. Narasumber yang dihadirkan salah satunya adalah tim kesehatan haji 2025. Kemudian didatangi seorang Bapak yang awalnya saya kira sopir kepala Kanwil Kemenag Babel, yang juga dijadwalkan akan menjadi narasumber di acara manasik ini.

dr. Fadhil saat sosialisasi kesehatan di Masjid Abdurrahman Pemkab Bangka Selatan

Bapak ini kemudian menyalami kami yang sedang duduk, dan beliau kami persilakan juga duduk bersama-sama dengan kami. Kebetulan ia duduk disamping penulis. Lucunya, penulis langsung saja menebak, "Bapak sopirnya bapak kanwil?" Sambil tersenyum, ia menjawab "Oh bukan Pak, saya TKHD" Dengan rasa malu, penulis memohon maaf. 

Setelah dipersilakan oleh pembawa acara untuk duduk di depan, dengan sopannya ia meminta izin terlebih dahulu kepada kami. Karena dilanda rasa penasaran, penulis segera mencari di mbah Google dan mengetik TKHD. Hanya sepersekian detik dilayar ponsel muncul ringkasan AI "TKHD adalah singkatan dari Tim Kesehatan Haji Daerah"

Saat giliran TKHD menyampaikan materi, orang yang saya salah duga ini tampil dengan penuh percaya diri, salamnya yang lantang seakan mewakilkan postur tubuhnya yang memang mewakili perawakan seorang dokter kala dulu, berpostur berisi dan tinggi.

Dari pertemuan ini, penulis mulai kenal beliau. Namanya dokter Ahmad Fadhil. Yang dikenal dengan panggilan dokter Fadhil. Beliau menjadi salah satu dokter yang lulus dalam rekrutmen PPIH 2025 untuk tim kesehatan haji. Dalam perkenalan singkatnya, penulis menangkap informasi jika beliau merupakan dokter yang berdomisili dan bertugas di Kota Pangkalpinang. Dan belakangan, penulis mendapat informasi bahwa beliau akan dilantik sebagai dokter ASN di Kabupaten Bangka Barat sekembali dari menjalankan ibadah haji dan sekaligus menjadi PPIH 2025 setelah dinyatakan lulus seleksi CPNS 2025.

Selama pelaksanaan ibadah haji 2025, penulis yang tergabung dalam kloter 6 PLM juga bersama-sama dengan dokter Fadhil. Beliau menjadi satu-satunya dokter yang menjadi Tim Kesehatan Haji Kloter (TKHK) PLM06, dibantu 2 orang perawat kesehatan, yakni Ibu Hajjah Linda dan Ibu Novi.

Mungkin penulis menjadi jamaah yang pertama kali yang membutuhkan bantuannya sebagai TKHK. Malam itu, saat menginap di asrama haji sebelum diberangkatkan di embarkasi Palembang. Setelah makan malam yang disediakan pihak asrama, kami ketua rombongan (karom) dan ketua regu (karu) rapat bersama perangkat kloter dengan PPIH kanwil kemenag Babel. Sebenarnya kondisi badan penulis tidak baik-baik saja, namun tetap dipaksakan untuk mengikuti rapat. Selama jalannya rapat, penulis berusaha menahan badan yang gemeteran karena mengalami kedinginan dengan suhu badan yang panas. Dokter Fadhil duduk tepat berada di depan penulis. Entah beliau membaca atau tidak kondisi yang sedang penulis rasakan. Tapi, rasanya pandangan dokter dan beberapa penitia yang duduk di depan, termasuk ketua kloter tertuju dan memperhatikan penulis.

Usai rapat pemantapan persiapan menuju embarkasi keesokan harinya itu, penulis segera menemui dokter Fadhil untuk diperiksa setidaknya mendapatkan obat. Dokter dengan sigap mengarahkan penulis ke klinik saja agar tindakannya lebih cepat. Sebab dengan posisi tangan menyilang di depan dada, penulis menahan kedinginan dengan suhu badan yang panas. Setelah di priksa di klinik, penulis diberikan obat untuk menurunkan panas yang mencapai 39 derajat celsius dan tekanan darah 160/90mmHg.

Selama rangkaian ibadah haji, seringkali penulis menghubungi langsung dokter Fadhil jika ada jamaah yang mengeluhkan kesehatannya atau jamaah yang perlu segera mendapatkan penanganan kesehatan. Meskipun di kloter sudah dibuatkan Grup WhatsApp  khusus untuk perangkat kloter, termasuk menginformasikan jika ada jamaah yang membutuhkan bantuan, termasuk bantuan pelayanan kesehatan. Saat penulis menghubunginya langsung, dokter Fadhil pun selalu respon cepat. Seringkali juga beliau menelpon langsung memberikan instruksi untuk memberikan pertolongan pertama pada jamaah, manakala beliau posisinya membutuhkan waktu lama untuk sampai ke lokasi jamaah.

Beberapa kali pertemuan yang diinisiasi ketua kloter untuk persiapan beberapa rencana kegiatan. Dokter Fadhil selalu tampil memberikan kampanye kesehatan terhadap jamaah. Beliau tidak hanya memberikan pemahaman tentang kesehatan saat diberikan kesempatan oleh ketua kloter, tetapi beliau selalu memperaktekan terlebih dahulu, selalu memakai masker, membawa minuman yang sudah dicampur oralit sebagaimana beliau kampanyekan.

Saat di Arafah dan Mina, beliau tidak hanya bertugas sebagai tim kesehatan. Akan tetapi selalu ikut serta setiap kegiatan yang dilakukan jamaah. Beliau selalu mendampingi jamaah baik saat perjalanan pergi dan pulang melontar jumrah maupun setelah tiba di tenda. 

Di tenda Mina, ketika itu ada jamaah yang baru tiba dari Muzdalifah dengan berjalan kaki. kondisinya lemas, kelelahan. Penulis segera memberitahukan dokter Fadhil. Hanya hitungan  menit, beliau sudah tiba di tengah kerumuman jamaah yang berusaha membantu jamaah yang kelelahan. Setelah menangani jamaah tersebut, beliau mengirimkan pesan kepada penulis, "sudah saya tangani ya, Pak!"

Ketika kami, perangkat kloter mendampingi jamaah lansia untuk melaksanakan tawaf dan sai. Beliau selalu ikut mendampingi kami. Beliau mengambil posisi di belakang kami. Penulis beberapa kali mencoba mengambil posisi di belakang beliau, beliau mencoba mundur dan mempersilakan penulis di depannya saja.

Kebersamaan dokter Fadhil dengan jamaah haji kloter 06 PLM sangat berkesan bagi jamaah terutama kami yang tergabung dalam perangkat kloter. Hal ini terlihat ketika seluruh jamaah kloter 06 PLM melakukan perpisahan di mushollah hotel Albow Mekkah. Diiringi isak tangis dan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya disampaikan jamaah kepada perangkat kloter, tak terkecuali dokter Fadhil yang beberapa kali terlihat oleh penulis dipeluk erat oleh jamaah. Penulis berusaha untuk menahan emosi kesedihan itu, meskipun kami masih akan bersama untuk beberapa hari sampai benar-benar berpisah saat di debarkasi dan asrama haji. Namun, airmata penulis tak terbendung. Terlebih ketika kami tinggal berenam, penulis dan karom 6 beserta ketua kloter, 2 pembimbing ibadah, dan tentunya dokter Fadhil. Kala jamaah sudah bubar kembali ke kamar masing-masing. Tangis perpisahan itu benar-benar pecah. Penulis menyampaikan ke dokter Fadhil permohonan maaf yang mungkin selalu merepotkannya. Dan beliau berterima kasih kami sudah ikut membantu tugasnya sebagai TKHK.

Terima kasih dokter Fadhil dan tim kesehatan kloter 06 PLM, Ibu Linda dan Ibu Novi. Kalian luar biasa. Berdedikasi dan bertanggungjawab atas tugas yang dimanahkan. Semoga mendapatkan haji mabrur dan mabrurah.

Penulsi: Abdul Rahman Nasir, Ketua Rombongan 5 kloter 06 PLM haji 2025

No comments:

Post a Comment