OGI SAPUTRA, KISAH INSPIRATIF HAJI 2025

Jamaah haji tahun 2025 kloter 06 PLM semua  pasti mengenal Ogi. Sosok jamaah haji yang tanpa mengenal lelah saat membantu Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) mengatur dan melayani jamaah haji baik saat menuju tanah suci maupun saat melaksanakan prosesi ibadah di 2 kota suci Madinah dan Makkah, bahkan sampai jamaah dalam perjalanan kembali ke tanah air. 

Ogi Saputra dan Penulis

Usianya masih muda, 29 tahun saat berangkat menunaikan ibadah haji tahun 2025 ini. Dikenal sebagai seorang pelatih sepakbola dikampungnya, Desa Ranggas Kecamatan Air Gegas, ia lebih akrab diapnggil dengan nama Coach Ogik. Berbagai kejuaraan telah diraih klub asuhannya, mulai dari pertandingan antar kampung sampai pertandingan antar kabupaten dan provinsi. Dikutip dari media sosial t*kt*knya dengan akun @ogiball17, beberapa kali ia memamerkan tropi bertuliskan angka 1, angka puncak kemenangan. Tapi tak begitu tampak jelas jenis kejuaraan yang tertera pada tropi yang ia pegang itu. Yang pasti, rasa syukur selalu ia ungkapkan disetiap catatan foto yang diunggah pada media sosialnya, "terima kasih Ya Allah telah mempertemukan dengan orang2 baik." tulisnya.

Kepiawaian dan keuletan mengasuh klub sepakbola tampaknya mengalir saat ia ditunjuk menjadi salah satu ketua rombongan (karom) haji pada kloter 06 PLM. Ia ditunjuk sebagai karom 6 dengan 4 regu yang diketua masing-masing ketua regu (karu). Kepemimpinannya tampak begitu penuh kekeluargaan. Bukan hanya jamaah yang menjadi anggota rombongannya yang sering mencarinya untuk sekedar meminta bantuan, tetapi jamaah yang berasal dari rombongan lain seringkali mencarinya, karena sikapnya yang penuh kekeluargaan dan mudah membantu tanpa berpikir panjang segera bertindak cepat.

Pada suatu kesempatan, ia pernah menyampaikan ke penulis bahwa ia akan selalu berbuat yang terbaik setiap amanah yang diembankan kepadanya, sebagai bakti kepada kedua orangtuanya.

Selama perjalanan haji, ia tampak begitu cekatan membantu jamaah dan juga mengambil-alih pekerjaan yang dapat ia kerjakan. Ada satu peristiwa yang menurut penulis paling berkesan, ketika kami di tenda Mina di hari pertama setelah tiba dari Arafah dan Muzdalifah, menjelang sholat Dzuhur yang dijamak qosor dengan Ashar, waktu sholat telah tiba namun tidak ada jamaah yang berada di depan yang berinisiatif untuk mengumandangkan adzan. Saya mencoba memberikan kode kepadanya untuk adzan, tanpa pikir panjang ia mengumandangkan adzan yang sangat baik layaknya muadzin yang sudah terbiasa. Belakangan, ia bercerita adzannya itu spontan tanpa persiapan dan ia sendiri tak menduga bisa adzan ditempat yang dinantikan semua umat muslim, di Mina Makkah.

Dikesempatan lain, saat proses pendampingan jamaah lansia dan yang membutuhkan kursi roda untuk melaksanakan tawaf dan sai, ia selalu aktif mendampingi jamaah yang membutuhkan. Sesekali kami berkoordinasi, menanyakan karom atau karu masing-masing jamaah lansia, sebagai bentuk tanggungjawab seorang karom dan karu. Ia berucap pelan, "kita lakukan saja yang dapat kita lakukan, Pak Ketua."

Saat kami bersama-sama mendampingi jamaah lansia untuk melakukan tawaf dan sai, tak pernah sekalipun terdengar mengeluh. Semangatnya seakan memberikan rasa dingin bagi kami pendamping yang lain, ditengah cuaca mencapai 46 derjat celsius.

Di mina, setelah kami melontar jumroh di hari pertama tiba, pada 10 Dzulhijjah 1446H, sebagai bagian dari tahallul menandai selesai berihram, bapak-bapak melakukan cukur rambut habis sebagaimana disunnahkan. Dan ia dengan cekatan mencukur satu per satu jamaah yang mengantri, bahkan penulis dicukur olehnya pada malam hari karena antrian jamaah sedari sore sejak pulang melontar jumrah.

Ia selalu dicari manakala ada pertemua namun belum menampakan dirinya. Ketua kloter pun demikian, selalu menanyakan keberadaan Ogi saat pertemuan perangkat kloter manakala ia belum tampak. Yang sedikit berbeda dengan karom lainnya, yang akan ketahuan belum bergabung saat dipanggil rombongan masing-masing beserta karomnya. Dan iapun punya slogan saat menjalankan perintah, "Siap! kemanapun diajak ketua."

Dibalik sikapnya yang menginspirasi jamaah yang lain, keberangkatannya ke tanah suci tanpa seorang pendamping. Selain ia masing lajang, keberangkatannya ke tanah suci merupakan kuota pelimpahan dari almarhum ayahnya. Dari cerita yang penulis dapatkan, ayah  dan ibundanya tergabung dalam jamaah calon haji 2024. Namun, sang Ayah meninggal sehari sebelum hari keberangkatan jamaah haji asal Bangka Selatan, dan dikebumikan bersamaan dengan hari keberangkatan jamaah yang juga istri almarhum (ibunda Ogi) ke asrama haji Provinsi Bangka Belitung. Kedekatan pada kedua orangtuanya seringkali ia bagikan pada status media sosialnya, yang sedikit banyak memberikan inspirasi bagi pengikutnya untuk selalu mencintai dan menyayangi kedua orangtua, meskipun telah tiada.

Sukses dan sehat selalu, Pak Ketua Ogik. Semoga Allah selalu memberikan petunjuk yang terbaik dan segera meresmikan pendamping hidup yang diidamkan dan diridhoiNya. 

Penulis: Abdul Rahman Nasir, Ketua Rombongan 5 Kloter 06 PLM Haji 2025