Khutbah jumat, Masjid Al-Munawwar Toboali
إِنّ
الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ
مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ
مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ
اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ ، أَمّا بَعْدُ ...
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ ، أَمّا بَعْدُ ...
فَأِنّ
أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى
الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ
بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Jama'ah
Jum'at yang dirahmati Allah SWT,
Hari-hari yang kita lalui merupakan waktu yang
tak pernah lepas dari nikmat Allah
SWT. Sementara bumi yang kita tempati adalah
tempat paling indah di dunia ini. Dan tidak pernah ada duanya, sampai ketika
kita atas izin Allah dimasukkan ke dalam surga. Tempat terindah yang
keindahannya tidak bisa dibaca oleh lintasan pikiran dan imajinasi manusia. Nikmat
bumi adalah nikmat besar. Bayangkan saja jika Allah SWT menarik lapisan atmosfir
yang ada di atas bumi. Pastilah dalam sekejap matahari akan membakar seluruh
makhluk yang ada di atas bumi. Dan kemudian bumi itu ikut terbakar karenanya.
Atau bayangkan seandainya polusi yang dilakukan manusia terus terjadi dalam
skala yang berlipat ganda, lalu lapisan karbondioksida menutup langit kita. Bumi
tidak akan sehangat sekarang, yang datang kemudian adalah dingin yang menghancurkan.
Bahkan sebelum itu, manusia akan lebih dulu mengalami kematian karena udara
kotor yang sangat akut telah dihirup dalam kesehariannya. Maka nikmat bumi
adalah nikmat yang harus kita syukuri. Dan Islam, sebenarnya memiliki
perangkat-perangkat untuk mensyukurinya, sekaligus sebagai upaya menjaga bumi
ini.
Jama'ah
Jum'at yang dirahmati Allah SWT,
Berkaitan dengan menjaga bumi, Sejak tahun 2000, setiap
tanggal 5 Juni, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menetapkannya sebagai
Hari Lingkungan Hidup, menjadi hari bagi penduduk Bumi meneguhkan kembali arti
penting lingkungan hidup dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan memperingati
hari lingkungan hidup sedunia terasa sampai ke pelosok-pelosok, terlebih dengan
adanya pemberian penghargaan kepada daerah yang meraih predikat berhasil dalam
pengelolaan kebersihan dan lingkungan atau yang dikenal dengan istilah piala
adipura.
Jama'ah
Jum'at yang dirahmati Allah SWT,
Suatu penelitian dari peneliti Perserikatan Bangsa-bangsa, pada
28 Februari 2008 atau 4 tahun silam, merilis hasil penelitiannya dengan
menyebutkan bahwa lapisan es di semenanjung Wilkins di Antartika, yang selama
ini merupakan lapisan es abadi sudah mulai mencair dengan kecepatan yang sangat
mengejutkan. Tentu saja berita ini mengejutkan dunia. Namun yang lebih penting,
pencairan es abadi ini, menurut penelitian itu, terjadi akibat pemanasan
global. Kekhawatiran yang kemudian muncul adalah tenggelamnya pulau-pulau kecil
jika kondisi ini dibiarkan. Di negeri kita, bencana demi bencana juga terjadi.
Yang semula mungkin tidak pernah terpikirkan. Saat kemarau, maka yang datang adalah
kemarau panjang. Akibatnya, air sulit dicari, pertanian gagal panen, dan
sebagainya. Sementara jika hujan, seringkali yang dirasakan bukan hujan sebagai
rahmat, tetapi hujan yang membawa banjir. Kerusakan laut juga luar biasa.
Jumlah ikan menjadi berkurang cukup signifikan. Bahkan beberapa jenis ikan
sudah punah. Data terbaru menunjukkan di tingkat dunia 77 persen dari 441
spesies ikan sudah diambang kepunahan.
Jama'ah
Jum'at yang dirahmati Allah SWT,
Allah SWT mengingatkan tentang fenomena semacam ini melalui
firman-Nya:

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut
disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada
mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan
yang benar). (QS. Ar-Rum : 41)
Ketika menafsirkan ayat ini Imam Asy-Syaukani mengatakan,
"(Dalam ayat ini) Allah menjelaskan menjelaskan bahwa perbuatan syirik dan
maksiat adalah sebab timbulnya (berbagai) kerusakan di alam semesta."
Dalam ayat yang lain, Allah berfirman dalam bentuk nahy (larangan)
agar manusia
tidak berbuat kerusakan:

Penyebab rusaknya bumi dan berbagai bencana yang menimpa itu
bisa diklasifikasikan menjadi dua. Pertama adalah penyebab tidak langsung,
kedua penyebab langsung.
Penyebab tidak langsung adalah syirik kepada Allah dan
maksiat kepada-Nya. Mungkin kita akan bertanya: bagaimana mungkin syirik kepada
Allah dan bermaksiat kepada-Nya, misalnya meninggalkan shalat dan melakukan
zina, bisa membuat bumi menjadi rusak? Jawabannya adalah karena Allah SWT yang menciptakan
bumi ini dan telah menggariskan hukumnya. Ia telah berjanji bahwa rezeki akan
dibukakan kepada siapa yang beriman dan bertaqwa, sebaliknya, jika manusia
durhaka kepada Allah SWT maka yang didatangkan adalah siksa diantaranya berupa
bencana alam dan musibah demi musibah.

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan
bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan
bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka
disebabkan perbuatannya. (QS.
Al-A'raf : 96)
Ibnu Qayyim rahimahullah mengatakan, "Diantara pengaruh
buruk perbuatan maksiat terhadap bumi adalah banyak terjadi gempa dan longsor
di muka bumi serta terhapusnya berkah. Rasulullah SAW pernah melewati kaum
Tsamud, beliau melarang para sahabat melewati kampung tersebut kecuali dengan
menangis. Beliau
juga melarang mereka meminum airnya, menimba sumurnya,
hingga beliau memerintahkan agar menggunakan air yang mereka bawa untuk
mengadon gandum. Karena maksiat kaum tsamud ini telah mempengaruhi air di sana.
Sebagaimana halnya pengaruh dosa yang mengakibatkan berkurangnya hasil panen
buah-buahan."
Di samping itu, bumi dan segenap unsur di dalamnya, baik itu
gunung, lautan, pepohonan dan binatang adalah makhluk yang tunduk pada Allah.
Mereka semua Islam, tunduk kepada Allah. Mereka juga menjadi sayang jika
manusia tunduk kepada Allah, namun jika manusia bermaksiat, mereka benci. Maka
jika seorang yang ahli maksiat meninggal, maka bumi, pepohonan dan binatang
terlepas dari kerusakan yang diakibatkan oleh maksiatnya. Dalam sebuah Hadist
Riwayat Bukhari dan Muslim disebutkan
“(Kematian) seorang hamba yang
fajir (ahli maksiat) akan menjadikan manusia,
negeri, pepohonan dan binatang terlepas
(dari kerusakan akibat maksiatnya”
Jama'ah
Jum'at yang dirahmati Allah SWT,
Penyebab kedua adalah penyebab langsung. Yakni
aktifitas-aktifitas yang dampak atau akibatnya bisa langsung diamati dan
dibuktikan secara indrawi berefek pada kerusakan bumi. Sebagai salah satu contohnya
adalah aktivitas pertambangan yang dilakukan secara sporadis dan massal baik yang dilakukan
didaratan maupun dilautan, terlebih dengan menggunakan peralatan besar sehingga
dengan mudah mencabik-cabik permukaan tanah tanpa
adanya upaya serius dalam melakukan reklamasi ataupun reboisasi. Belum lagi, sisa pembuangan tanah dari penambangan
menyebabkan pendangkalan sungai dan lumpur-lumpur
tanah dihampir seluruh aliran sungai . Jumlah pepohonan semakin sedikit. Lahan hijau semakin
sempit. Dan sumber airpun semakin sulit untuk didapatkan. Akhirnya udara dan
air yang sudah sedemikian tercemar tidak bisa dibersihkan atau dinetralisir.
Sementara Islam justru memotivasi umatnya untuk gemar
menanam pohon. Tidak hanya kebaikan dunia yang akan diperolehnya, tetap juga
pahala di akhirat.
“Muslim mana saja yang menanam sebuah pohon lalu ada
orang atau hewan yang memakan dari pohon tersebut, niscaya akan dituliskan
baginya sebagai pahala sedekah”. (HR.
Bukhari)
Dalam hal ini, Imam Qurthubi bahkan menjelaskan tentang
hukum fardhu kifayah bagi kaum muslimin untuk menanam pohon, dan perlu
memerintahkan rakyatnya. "Bercocok tanam termasuk fardhu kifayah.
"Betapa pentingnya menanam pohon atau reboisasi ini, sampai-sampai
disebutkan dalam satu hadits:
“Jika hari
kiamat telah tegak, sedang di tangan seorang diantara kalian terdapat bibit pohon
korma; jika ia mampu untuk tidak berdiri sampai ia menanamnya, maka lakukanlah”.
(HR. Ahmad dan Al-Bukhari dalam Al-Adab
Al-Mufrod)
Jama'ah
Jum'at yang dirahmati Allah SWT,
Bumi ini adalah amanah yang dibebankan kepada
manusia sebagai khalifah di muka bumi. Maka kewajiban kita adalah memeliharanya
agar tetap layak huni. Kewajiban kita adalah menjaga kelestarian dan
keseimbangan alam sehingga tidak justru semakin rusak.
Dengan bertauhid kepada Allah, keimanan yang
benar. Serta kita menjauhi segala
maksiat, baik yang berdimensi hablum minallah,
hablum minannas, maupun hablum minal alam. Saat penduduk negeri ini beriman dan
bertaqwa, saat itulah keberkahan akan terasa, rezeki akan datang dari segenap
penjuru langit dan bumi. Demikianlah, penyebab kerusakan itu
harus kita hindari untuk menjaga bumi kita dan
mendapatkan berkah dari Allah SWT. Pemerintah telah menjalankan program satu
orang satu pohon dan program satu milyar pohon, maka kita sebagai rakyat wajib
untuk melaksanakan, memelihara dan melestarikannya. Dan sekiranya kita semua
sepaham dengan kata bijak “bumi ini bukan
merupakan warisan nenek moyang kita tetapi titipan anak cucu kita, yang harus
kita pelihara.
Mudah-mudahan Allah SWT
memberikan hidayah, taufik dan inayah-Nya kepada
kita untuk bersama-sama berjuang menegakkan Syariah dan Khilafah, agar
kerahmatan Islam lil ‘alamin bisa terwujud
dalam kehidupan kita. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذا أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِى وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ
الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَسْتَغْفِرُوهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ
KHUTBAH KEDUA:
الْحَمْدُ للّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ
وَلِيُّ الـصَّالِـحـِيْنَ، وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا خَاتَـمُ الأَنْبِيَاءِ
وَالْـمُرْسَلِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا
صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،
إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ،
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ
إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَلْـمُؤْمِنَتِ،وَ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ،
اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ اِنَّكَ
سـَمـِيْعٌ قَرِيْبٌ مَـجِبُ الدَّعْوَاتِ
رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِن نَّسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ
عَلَيْنَا إِصْراً كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلاَ
تُحَمِّلْنَا مَا لاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا
أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا
عَذَابَ النّارِ. وَ اْلحَمْدُ لِلهِ رَبِّ اْلعَالـَمِينَ.
No comments:
Post a Comment