MOS SEBAGAI WAHANA PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA

Oleh: Abdul Rahman
Wakil Manajemen Mutu SMK Yapentob
 
Penerimaan siswa baru tahun pelajaran 2011/2012 telah tiba. Serangkaian kegiatan dan peraturan dikeluarkan baik dari pihak sekolah maupun pihak dinas pendidikan setempat sampai pada pihak Kementerian Pendidikan Nasional. Diantaranya yang bakal diatur adalah pelaksanaan Masa Orientasi Siswa (MOS) atau apapun namanya yang ada kaitannya dengan perkenalan siswa dengan lingkungan belajar yang baru. Pada tahun pelajaran 2010/2011 Kementerian Pendidikan  Nasional misalnya mengeluarkan surat edaran Nomor: 1383/C.C4/MN/2010  tentang pelaksanaan MOS.
            Dalam surat tersebut dengan jelas mengatur pelaksanaan MOS disekolah. Pihak sekolah dituntut dapat mengendalikan MOS menjadi kegiatan bermanfaat dalam pendidikan karakter, disamping pengenalan lingkungan sekolah sebagai wawasan wiyata mandala. Bukan sebaliknya, MOS dilakukan dengan perpeloncoan, pemalakan dan hal-hal negatif yang menimbulkan trauma bagi siswa dan atau pada orangtua siswa.
            Namun sungguh ironis jika kita membicarakan MOS pada saat ini. Entah berrmula sejak kapan dan sampai kapan keadaan seperti ini akan berjalan. Bagaimana tidak? MOS yang tujuannya sebagai wahana mengenalkan para siswa dengan lingkungan baru, telah menjadi suatu ajang/lahan balas dendam. “Kalo saya dulu begini, maka mereka juga harus begini”!. Ungkapan itulah yang sering muncul.
Sebagai contoh MOS jadi ajang perploncoan adalah: 1) Peserta harus mengenakan atribut yang aneh-aneh—memakai kaos kaki yang berbeda, memakai kalung dari buah-buahan, sampai membawa karung beras yang peruntukan yang tak jelas.Ini sangat tidak relevan dengan dunia pendidikan. Pada dasarnya boleh mengenakan atribut, namun yang sesuai dengan dunia pendidikan. 2) Acara baris berbaris disiang hari waktu terik matahari berada tegak diatas kepala. Bukannya ini penyiksaan, sedangkan senior berada ditempat yang agak teduh. 3) Jika ada kesalahan dari peserta, senior membentak peserta dengan semaunya, ditambah lagi hukuman fisik yang sangat menlelahkah—push up, set up, lari keliling lapangan, dan lain-lain. 4) Peserta diperintahkan membuat surat “cinta” kepada senior. 5) Dan bentuk-bentuk perpeloncoan yang lainnya yang belum terungkap oleh kita.

MOS yang diharapkan

MOS ibarat seorang ibu yang sedang mengandung, tentu perlu mempersiapkan kelahiran anaknya dengan sebaik-baiknya. Begitu juga dengan sebuah sekolah yang akan menyambut kedatangan siswa baru, supaya anak-anak baru itu bisa masuk sekolah dengan gembira, optimis, tahu tentang apa yang harus dilakukan, tahu dan mau menjalankan proses belajar dan menerima kebijakan sekolah. Singkatnya siswa memiliki orientasi yang jelas tentang sekolah yang ia pilih. Untuk mencapai tujuan itu maka dilaksanakanlah Masa Orientasi Siswa (MOS). Tujuannya adalah untuk mengenalkan siswa baru dengan kondisi sekolah, setiap kegiatan yang ada di MOS diarahkan ke sana. Peran MOS sebagai pintu masuk di sebuah sekolah, maka MOS memiliki arti yang sangat penting. Mengingat langkan awal yang baik merupakan awal yang baik pula untuk kesuksesan di masa yang akan datang.
Dalam pelaksanaan MOS penamanan disiplin diri dilatih melalui ketetapan waktu. Pengenalan tata tertib sekolah untuk memberi gambaran yang jelas terhadap apa yang bisa dilakukan dan dikembangkan di sekolah dan apa yang mestinya dihindari. Di samping itu juga ditanamkan sikap tanggung jawab terhadap konsekwensi dari apa yang dilakukannya, maka kalau ada siswa yang melanggar kesepakatan diberi sanksi. Penjelasan tentang kurikulum sekolah juga harus dilakukan, agar siswa tahu apa yang harus dipelajari selama belajar di sekolah. Siswa diajak untuk mengenali kemampuan dan mengembangkan diri diri khususnya dalam membongkar konsep-konsep negatif dan diganti dengan konsep dan pikiran yang positif tentang diri dan orang lain. Menyadari kekuatan dan pikiran manusia dalam memotivasi untuk mencapai apa yang dipikirkan. Siswa dilatih untuk selalu menggunakan bahasa yang positif tentang dirinya dan orang lain. Siswa diajak untuk mengenal kemampuan otak kiri dan otak kanan dan mengembangkan otak kanan sehingga berimbang.
Untuk memotivasi siswa dan menanamkan rasa kebanggaan terhadap sekolah yang telah dipilihnya, bisa dilakukan dengan mendatangkan kakak kelas atau alumni yang berprestasi baik di bidang akademik ataupun non akademik, untuk berbagi pengalaman perjuangan mereka, sehingga mendorong mereka untuk lebih berprestasi untuk masa depan. Akhirnya siswa diajak untuk memikirkan orang lain yang kekurangan dan membangun solidaritas dengan mereka.
Mengutip kembali Surat Kementerian Pendidikan Nasional Nomor 1383/C.C4/MN/2010 perihal Pelaksanaan MOS yang ditujukan kepada Kepala Dinas Pendidikan Provinsi, Kabupaten/Kota, kegiatan MOS diharapkan mencakup:
1.        Penumbuhkembangan keimanan dan ketaqwaan kepada tuhan YME;
2.        Pengembangan wawasan kebangsaan, kenegaraan, demokrasi dan kepribadian;
3.        Pengembangan, penghayatan dan apresiasi dan ekspresi terhadap seni;
4.        Pembentukan manusia yang sehat jasmani dan rohani;
Dan jauh sebelum surat tersebut dikeluarkan Kementerian Pendidikan Nasional atau pada saat itu bernama Departemen Pendidikan Nasional telah dikeluarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 220/C/MN/2008 Perihal Kegiatan Masa Orientasi Siswa menanggapi opini yang terbentuk dimasyarakat tentang kekhawatiran aksi kekerasan selama MOS. Edaran tersebut meminta pelaksanaan MOS bersifat edukatif dan bukan mengarah kepada tindakan destruktif dan atau berbagai kegiatan lain yang merugikan siswa baru baik secara fisik maupun secara psikologis. Disamping itu, edaran tersebut meminta kegiatan MOS dilakukan selama jam belajar dengan ceramah, pengenalan terhadap program dan cara belajar, tata tertib, kegiatan ekstrakurikuler, lingkungan serta visi dan misi sekolah sebagai pembinaan awal ke arah terbentuknya kultur sekolah yang kondusif bagi proses belajar mengajar. Pelaksanaan MOS diupayakan dengan metode penyelenggaraan sedemikian rupa agar menarik dan menyenangkan siswa.

Pada dasarnya, jika pelaksanaan MOS berpagang teguh pada aturan seperti yang telah disebutkan diawal tulisan ini serta dilaksanakan dengan bimbingan dan pengawasan oleh guru semua bentuk perpeloncoan atau tindakan destruktif akan terhindarkan, terlebih jika pihak sekolah dalam melibatkan siswa senior benar-benar memilih siswa yang mengerti dan paham akan tujuan dilaksanakan MOS disekolah.
Hendaknya MOS benar-benar menjadi masa membentuk karakter individu yang terintegrasi sejalan dengan visi dan misi sekolah. Dan semoga di tahun-tahun yang akan datang tidak ada lagi perploncoan dalam MOS.

No comments:

Post a Comment