Di Pasar Toboali siapa yang tidak kenal sosok Bapak Samingun. Memiliki nama lengkap Samingun Gitodiharjo Kromopawiro (57) menjadi salah satu transmigran asal Solo Provinsi Jawa Tengah. Ia memilih ikut program pemerataan penduduk, transmigrasi pada tahun 2005 dan ditempatkan di Desa Rias Kecamatan Toboali Kabupaten Bangka Selatan. Provinsi Kep. Bangka Belitung.
Tiba di Desa Rias, memulai menanam sayur mayur termasuk cabe lokal. Hasil panen sayur mayur terutama cabe dijual di Pasar Toboali. Lambat laun, Bapak Samingun yang lebih dikenal dengan panggilan Mas Mingun ini mulai merambah cabe dari luar Toboali. Dengan berbekal kenalan pemasok cabe dari Palembang, Mas Mingun memulai langkah baru dengan memasok cabe dari luar pulau Bangka, yakni dari Palembang dan Lampung. Usaha jual beli cabe yang ditekuninya terus berkembang, bahkan dijuluki sebagai "Mas Cabe" oleh Ibu-Ibu yang sering berbelanja di Pasar Toboali karena beliau tidak pernah kekosongan stok cabe.
Dengan ketekunannya sebagai seorang transmigran, ia sukses mengembangkan usaha selain jual beli cabe. Di tempat tinggalnya di Desa Rias, ia membuka toko sembako lengkap dengan penjualan berbagai pulsa elektronik, termasuk penarikan dan penyetoran uang ke bank melalui agen bank yang dipercayakan kepadanya. Tak perlu lama, ia sudah berhasil membangun rumah yang jauh lebih baik dari sekedar tempat tinggal yang dibangun pemerintah untuk warga transmigrasi.
Ketekunan dan kesuksesannya sebagai warga transmigrasi oleh Pemerintah Republik Indonesia diganjar sebagai transmigran teladan mewakili Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada Tahun 2009. Sebagai apresiasi pemerintah, ia diundang oleh Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono ke Istana Negera untuk mengikuti upacara HUT RI Tahun 2009.
Kembali dari memenuhi undangan istana negara, ia tak berhenti. Ia terus mengembangkan usahanya. Setelah Pasar Toboali dilakukan penataan, dan pedagang dipindahkan ke Pasar Rakyat Toboali di Terminal Toboali, ia tak tanggung-tanggung mengambil 4 petak kios baru untuk tempat keluar masuk stok cabe yang dikelolanya. Dan 1 kios disewa untuk sang istri membuka kios sembako. Dalam menjalankan usahanya, Mas Mingun termasuk salah satu pengusaha yang melek teknologi. Ia tidak hanya melakukan transaksi secara tunai, tapi secara nontunai pun ia lakoni. Ia sudah menyiapkan EDC bagi pembeli dan mitra yang tidak membawa uang tunai. Ia juga menerima pembayaran melalui kanal-kanal pembayaran lain, seperti Dana, OVO, dan berbagai macam bentuk pembayaran lainnya.
Penulis mencoba mengulik omset perhari atau perbulan, ia tidak mau memberikan angka. Tapi sepanjang wawancara, ia terucap angsuran pinjaman dari bank mitra untuk pengembangan usahanya sebesar 8 juta perbulan. Dan angsuran itu berjalan lancar dan masih bisa untuk membuka lahan sawit dengan 6 orang pekerja. Ia juga masih menabung logam mulia secara rutin di Pegadaian dengan nominal minimal 1juta perbulan. Bapak 2 orang anak ini juga sukses menyekolahkan anak-anaknya. Anak pertama menjadi perawat disalah satu puskesmas di Bangka Selatan dengan status sebagai ASN. Anak kedua masih berstatus sebagai mahasiswa disalah satu perguruan tinggi di Babel.
Kesuksesannya sebagai seorang transmigran, ia tidak lupa kewajiban sebagai seorang Muslim. Tahun 2012, ia mendaftar haji reguler di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bangka Selatan. Dan mendapat panggilan berhaji 13 tahun kemudian atau musim haji 2025. Ia berangkat bersama istrinya yang tergabung dalam kloter 6 Palembang.
Dibalik kesuksesannya, ia punya kisah pilu. Sebelum mengikuti program transmigrasi, di daerah asalnya Solo, ia seringkali tak bisa mendapatkan uang untuk sekedar membeli makan sehari-hari. Ia pernah menjalani puasa 40 hari hanya dengan makan sesuap nasi dan air putih. Namun, ia tak pernah putus asa. Sholat sunah tahajud tidak pernah ditinggalkan. Di suatu waktu, ia berdoa kepada Yang Maha Memberi untuk diangkat derajatnya. Doanya diijabah oleh Allah melalui program transmigrasi dari Solo ke Desa Rias Toboali Kabupaten Bangka Selatan.
Semoga kisah dari Bapak Samingun ini, dapat memberikan inspirasi bagi kita semua.
No comments:
Post a Comment