Perjuangan untuk mendapatkan NIP bukan sesuatu yang mudah. Bayang-bayang “setoran” dan “kerabat pejabat” merupakan lawan terberat saat itu. Berasal dari keluarga serba kekurangan, rasanya mustahil bisa mendapatkan NIP jika harus melakukan “setoran” dan lebih mustahil lagi jika harus melalui jalur “keluarga pejabat” sebab jangankan masuk lingkaran keluarga pejabat, mengenal pejabatpun hanya sekedar mengetahui namanya tanpa paham apa jabatannya. Namun, mimpi untuk menjadi abdi negara tidak menyurutkan niat penulis untuk terus berjuang dan mencoba. Bukan hanya keinginan untuk mendapatkan gaji dan pensiun yang terjamin, keinginan untuk berkontribusi pada negara dengan berbalut pakaian dinas yang sah menjadi motivasi terbesar bagi penulis, disamping ada keinginan untuk mengubah persepsi negatif masyarakat terhadap PNS.