Video:
Selain dikenal dengan kota pelajar, yogyakarta juga dikenal dengan kota wisata dan kota seniman. Tidak salah memang jika Yogyakarta disebut dengan kota wisata dan kota seniman. Yogyakarta memiliki berbagai macam tempat wisata yang dapat dinikmati para wisatawan. Mulai dari wisata budaya seperti kraton, wisata candi, wisata alam, dan wisata kuliner.
perjalanan
kami--saya dan istri saya serta satu orang teman-- ke kota Yogyakarta dimulai
dengan penerbangan bandara Depati Amir Pangkalpinang via bandara Soekarno Hatta
Cengkareng menuju bandara Adi Sutjipto Yogyakarta. Penerbangan kami kali ini
menggunakan maskapai Garuda Indonesia--sekali-kali terbang dengan maskapai elit
boleh juga kalee. kami terbang ke bandara Soekarno Hatta dengan jadwal
penerbangan pukul 12.15 dan setelah tiba di bandara Soekarno Hatta kami harus
menunggu lebih kurang 3 jam untuk kembali terbang ke bandara Adi Sutjipto
Yogyakarta yang dijadwalkan terbang pada pukul 16.15 WIB. Perjalanan kami
menuju Yogyakarta dengan penerbangan Garuda Indonesia berjalan lancar tanpa ada
keterlambatan, sehingga sesuai jawal landing
pesawat kami pun mendarat di bandara Internasional Adi Sotjopto Yogyakarta pada
pukul 17.30 WIB. waktu terbang garuda Jakarta menuju Yogyakarta diperkirakan 58
menit dan pangkalpinang menuju Jakarta terbang besama Garuda dalam waktu 47
menit.
Kami pun tiba di Yogyakarta sudah dalam posisi gelap dan tepat waktu magrib, berbeda dengan wilayah bangka pada saat jam menunjukan pukul 17.30 suasana masih terang dan waktu magrib baru masuk sekitar pukul 18.00. Setelah antri menunggu bagasi, kami lanjutkan menuju perjalanan dengan Taxi yang telah berjejer di depan pintu bandara. Tarif Taxi Bandara ke kota Yogyakarta sekitar 70ribuan sampai 80ribuan. Jika yang berangkat membawa rombongan dapat menyewa mobil minibus yang juga mengantri di parkiran bandara.
Tak lama kami menunggu, pesanan pun telah dihidang. Namun, ternyata???? porsi pesanan yang tiba boleh dikata imut-imut. sangat berbeda jauh dengan pesanan di rumah makan ala minang. Ditengah-tengah keasyikan kami menikmati kuliner ala malioboro, tiba-tiba muncul semacam pengemis tapi ala malioboro. Pengemis ini memberikan kopelan tulisan yang isinya lebih kurang berbunyi "Mohon sumbangan dari bapak/ibu untuk keperluan sekolah dan sisanya untuk makan." Kamipun saling melihat diantara satu dengan yang lain. Dan sang pengemis yang umurnya masih umur sekolahan sekejap menghilang ke tempat lesehan yang lain. Satu lagi pengemis dengan gaya yang sama datang menghampiri kami, kami pun mulai curiga jangan-jangan ini modus. Yaa.. zaman sekarang kejujuran sepertinya mulai langka ditemukan. Kami pun kompak membiarkan sang pengemis mengambil kembali kopelannya tanpa balasan dari kami. Santapan kuliner ala malioboro dari kami pun selesai, giliran hitung tagihan. dan siapa ternyata benar, harganya selangit. Nasi goreng biasa saja sampai 20ribuan tarifnya. Pembayaran pun dilakukan tanpa keluar satu patah kata pun dari kami terhadap sang empunya lesehan.
Kami pun tiba di Yogyakarta sudah dalam posisi gelap dan tepat waktu magrib, berbeda dengan wilayah bangka pada saat jam menunjukan pukul 17.30 suasana masih terang dan waktu magrib baru masuk sekitar pukul 18.00. Setelah antri menunggu bagasi, kami lanjutkan menuju perjalanan dengan Taxi yang telah berjejer di depan pintu bandara. Tarif Taxi Bandara ke kota Yogyakarta sekitar 70ribuan sampai 80ribuan. Jika yang berangkat membawa rombongan dapat menyewa mobil minibus yang juga mengantri di parkiran bandara.
Setiba di Yogyakarta, kami menuju hotel yang telah kami booking tiga hari sebelum keberangkatan. kami memilih hotel di kawasan Malioboro yang relatif murah dengan tarif 200ribuan sampai dengan 500ribuan. Selain murah, pilihan hotel dikawasan malioboro juga karena pusat wisata kuliner dan wisata belanja.
Setelah Check in hotel, kami menuju kamar yang telah disiapkan. kami tak sempat beristirahat karena waktu magrib yang mepet. dan setalah sholat magrib baru kami lanjutkan dengan mandi untuk menghilangkan lelah setelah perjalanan dari pagi sampai magrib. Kami pun tak menunggu lama setelah masing-masing mandi, kami langsung berburu kuliner yang berjejer disepanjang jalan Malioboro. Sekedar informasi bagi pembaca yang belum pernah ke Yogyakarta, kuliner disepanjang jalan Malioboro yang disetting ala lesehan harganya cukup mahal. Dan menurut bapak sopir yang pernah mengantar kami keliling-keliling, yang menyebabkan kuliner disepanjang jalan Malioboro berharga tinggi karena mereka dikenakan pajak restoran. Jika membeli kuliner yang berada digang-gang jalan Malioboro harganya jauh lebih murah dibadningkan dengan yang berada di sepanjang jalan utama malioboro. lagi menurut sopir tersebut, kalau yang berjualan di gang-gang tidak dikenakan pajak restoran alias ilegal.
Kami pun memilih salah satu dari ratusan lesehan yang ada untuk mengisi kekosongan perut kami yang sedari tadi misscalI meminta bahan bakarnya diisi. Sambil menunggu pesanan kami, silih berganti pengamen berusaha menghibur kami dengan kekhasannya masing-masing--meskipun sedikit mengganggu dengan kehadiran pengamen yang seolah memaksa belas kasihan dari kami. Yaa... itulah kota Yogyakarta yang katanya kota seni.
Tak lama kami menunggu, pesanan pun telah dihidang. Namun, ternyata???? porsi pesanan yang tiba boleh dikata imut-imut. sangat berbeda jauh dengan pesanan di rumah makan ala minang. Ditengah-tengah keasyikan kami menikmati kuliner ala malioboro, tiba-tiba muncul semacam pengemis tapi ala malioboro. Pengemis ini memberikan kopelan tulisan yang isinya lebih kurang berbunyi "Mohon sumbangan dari bapak/ibu untuk keperluan sekolah dan sisanya untuk makan." Kamipun saling melihat diantara satu dengan yang lain. Dan sang pengemis yang umurnya masih umur sekolahan sekejap menghilang ke tempat lesehan yang lain. Satu lagi pengemis dengan gaya yang sama datang menghampiri kami, kami pun mulai curiga jangan-jangan ini modus. Yaa.. zaman sekarang kejujuran sepertinya mulai langka ditemukan. Kami pun kompak membiarkan sang pengemis mengambil kembali kopelannya tanpa balasan dari kami. Santapan kuliner ala malioboro dari kami pun selesai, giliran hitung tagihan. dan siapa ternyata benar, harganya selangit. Nasi goreng biasa saja sampai 20ribuan tarifnya. Pembayaran pun dilakukan tanpa keluar satu patah kata pun dari kami terhadap sang empunya lesehan.
Masih di malam pertama kami di Yogyakarta, setalah menikmati kuliner kami pun berjalan-jalan dilorong-lorong di mana berbagai macam motif dan tipe batik ditawarkan. Malam pertama ini kami hanya sekedar melihat-lihatnya saja, belum ada niat untuk membeli untuk buah tangan. dan tak terasa sambil menelusuri lorong-lorong batik, jam telah menunjjukan pukul 22.00 WIB. Kami pun memutuskan kembali ke hotel untuk istirahat persiapan hari kedua.
di hari kedua, kami masih disekitaran malioboro. karena saya harus menghadiri acara rekonsiliasi yang diselenggarakan kementerian ESDM di Hotel Inna Garuda Malioboro. Praktis di hari kedua, saya tidak bisa menemani Istri dan teman saya berkeliling-keliling Yogyakarta. Acara kami selesai pada pukul 19.00 WIB. Setelah acara ditutup, saya kembali ke hotel tempat kami menginap. Tanpa istirahat, saya langsung mandi selanjutnya melanjutkan perburuan kuliner ala malioboro. dan di malam kedua ini kami memilih untuk mencari makan di mall malioboro, sekalian membandingkan harga dengan yang ada dilesehan. dan ternyata harga makanan beda-beda tipis dengan dilesehan. Setelah makan malam, kami lanjutkan berkeliling disekitaran malioboro. Hari kedua kami akhiri pada pukul 21.00 WIB, kami segera kembali ke hotel tempat kami menginap.
Tak terasa kami sudah memasuki hari ke tiga di Yogyakarta. Hari ini kami planningnya on the way ke Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Kami pun menuju tempat sewa mobil yang ada tepat didepan hotel tempat kami menginap. Sewa mobil bervariasi, tergantung jenis mobil dan lamanya kita sewa. Harga sewa mulai dari 200ribuan sampai 400ribuan untuk mobil minibus tipe Avanza, Xenia, AVP dan sejenisnya. Harga itu sudah termasuk BBM dan Sopir untuk lama sewa 10 sampai dengan 12 jam. Kami pun memutuskan menyewa mobil xenia dengan tarif 450 ribu rupiah untuk 12 jam lengkap dengan sopir merangkap guide dalam perjalanan kami. Sambil meluncur, sang sopir mulai bercerita tentang tempat tujuan kami. Tujuan pertama kami adalah candi Borobudur. Cerita sang guide, penjaja jualan di sekitar Candi Borobudur sedikit berbeda dengan ditempat lain, sedikit memaksa dan terus mengikuti pengunjung bahkan sampai masuk ke dalam mobil pengunjung. Tak terasa kami telah tiba diparkiran candi borobudur setelah perjalanan lebih kurang satu jam. Sang sopir segera turun, dan menunjukkan jalan menuju tempat loket karcis masuk borobudur. Tak menunggu lama-lama kami segera ke tempat loket yang dimaksud, loket khusus pengunjung domestik. Loket untuk pengunjung mancanegara dipisahkan dengan loket khusus pengunjung domestik, tarifnya pun berbeda. Jika pengunjung domestik cukup membayar 30 ribu, pengunjung mancanegara harus membayar 4 kali lipat dari harga pengunjung domestik. Pengambilan karcis selesai, kami dipersilakan masuk ke kawasan borobudur. sebelum naik ke candi borobudur, pengunjung dihimbau untuk mengenakan kain batik yang diikat dipinggang masing-masing pengunjung. kain ini disediakan cuma-cuma oleh pengelola candi dan harus dikembalikan setelah turun dari candi atau tepat dipintu keluar kawasan candi. Kunjungan kami ke Candi Borobudur dihari kerja ternyata pengunjung ramai, melebihi ramainya pada saat tiga tahun yang lalu kunjungan saya ke candi ini di waktu liburan. satu persatu tangga candi kami lewati, sesekali kami berfoto diantara stupa-stupa yang berdiri kokoh. setelah sampai di tingkatan teratas candi, kami beristirahat sejenak menghilangkan pegal-pegal setelah menelusuri tingkat demi tingkat candi. Karena cuaca yang cukup panas, kami memutuskan segera turun. Nah, bagi pembaca yang punya rencana ke Candi Borobudur sebaiknya persiapkan topi atau penutup kepala dari rumah. Dan bagi yang ingin punya oleh-oleh topi ala candi borobudur, di kawasan candi bayak ditawarkan oleh penjaja. termasuk juga tawaran sewa payung dengan tarif 5ribuan. Sebelum turun ke lantai paling dasar, kami kembali berfoto dengan background candi yang kokoh. Dipintu turun, lagi-lagi kita disuguhkan aneka jualan yang ditawarkan. mulai dari berbagai jenis baju kaos ala borobudur sampai berbagai jenis gantungan kunci. Kami pun mencoba melihat-lihat, masing-masing diantara kami memilih sesuai dengan keinginan masing-masing. setelah berbelanja ala borobudur, kami sgera keluar. Tujuan kami selanjutnya adalah mencari tempat makan siang. Dan gayung bersambut, di pintu keluar telah berjejer warung-warung yang menawarkan berbagai jenis makanan. Kami memilih salah satu warung, saya sendiri memesan soto ala borobudur. Hari menunjukan pukul 12.15 kami pun segera beranjak dari tempat makan dan menuju mushollah untuk sholat dzuhur. setelah sholat dzuhur dan terasa telah puas mengelilingi borobudur saya segera mengontak sang sopir memberitahukan posisi kami. Dalam sekejap, mobil sewaan kami segera menghampiri kami. Tujuan kami selanjutnya adalah Gunung Merapi.
(bersambung.....)
No comments:
Post a Comment